Profil Kalurahan Tepus

Si J 29 Juli 2013 16:46:44 WIB

KALURAHAN TEPUS DAN SEJARAHNYA

Wilayah Kabupaten Gunungkidul memang dikenal sebagai daerah pelarian. Banyak cerita tentang terjadinya nama daerah yang dihubungkan dengan adanya pelarian prajurit dari Majapahit.

Pada abad ke 13 terjadi perang besar yang disebut geger Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Demak. Geger diawali dengan ketidaksetujuan Brawijaya (Raja Majapahit) terhadap Raden Patah (Raja Demak) yang menginginkan Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan Islam.

Karena kalah, Brawijaya beserta prajuritnya lari ke arah barat. Beberapa rombongan prajurit sampai ke bumi Gunungkidul. Sampai di Karangmojo, prajurit Wisangsanjaya dan istri yang kemudian meninggalkan tradisi Cingcing Goling.

Di Gunungkidul bagian selatan, ada tiga prajurit Majapahit masing-masing bernama Sukaroto, Dimanoto dan Sujatmiko. Karena merasa lelah, ketiga prajurit berteduh di bawah pohon tepus yang besar dan rindang, Mereka merasa nyaman berteduh di bawah pohon tepus. Karena merasa nyaman, mereka bersumpah setelah aman, lepas dari kejaran kerajaan Demak, tempat tersebut diberi nama “Tepus”.

Kalurahan Tepus terletak di bukit gamping di kawasan pegunungan seribu. Sebelah timur berbatas Kalurahan Purwodadi. Sebelah selatan berbatasan dengan laut selatan. Sebelah barat Kalurahan Sidoharjo. Sebelah utara berbatasan dengan Kalurahan Sumberwungu.

Sedangkan pohon tepus  sebagai cikal bakal nama Kalurahan Tepus, terletak di Padukuhan Tepus I sebelah timur simpang pertigaan tepus saat ini.

Sesuai dengan perkembangan jaman pada Tahun 1875 sudah mulai ada pemerintah kalurahan yang dikepalai seorang bekel yang bernama Sosetiko (nama samaran karena dia seorang pelarian) memimpin Kalurahan Tepus dari Tahun 1875 s/d 1909 dengan sistem pemerintahan asih run-temurun.

Dari Sosetiko jabatan diserahkan kepada putranya  Karsosuwito, menjabat bekel dari 1909 s.d 1945.  Pada masa penjajahan Belanda , pusat pemerintahan kecamatan/kapanewon bertempat di Kalurahan Tepus, tepatnya di Padukuhan Tepus I sekarang.

Pada awal mula ada kapanewon yang pada waktu itu disebut  Asisten dipimpin oleh seorang Wedono yang  membawahi 18 kelurahan.   Dengan pertimbangan geografis, wilayah kecamatan agar  berada    ditengah-tengah dari 18 kalurahan, maka lokasi kecamatan dipindah ke Bintaos Sidoharjo pada tahun 1933.

Setelah Indonesia merdeka ada pembenahan terhadap desa/kalurahan. Kalurahan-kalurahan yang tidak  memenuhi syarat dalam hal jumlah penduduknya tidak cukup banyak, maka kalurahan-kalurahan tersebut akan digabungan.  Hal ini sesuai dengan dokumen Maklumat No. 5 Th. 1948 Pemerintah Daerah Istimewa Negara Republik Indonesia Jogjakarta (Kasultanan dan Paku Alaman) tentang Hal Perubahan daerah-daerah Kalurahan dan nama-namanja, Kalurahan Tepus merupakan gabungan dari 3 (tiga) kalurahan yakni Kalurahan Blekonang yang dipimpin Rakiyo, Kalurahan Dloka yang dipimpin Sastrohandoyo, dan Kalurahan Tepus yang dipimpin Karsosuwito. Untuk menentukan pemimpin kalurahan gabungan tersebut, diadakan pemilihan pemimpin kalurahan dengan sistem bitingan yang hasilnya dimenangkan Noto Wardoyo yang merupakan menantu dari Sastrohandoyo yang menjabat sebagai Lurah Dloko saat itu.

Hingga saat ini Kalurahan Tepus telah dipimpin beberapa Kepala Desa/Lurah sesuai proses perundang-undangan yang berlaku.  Daftar Lurah Tepus sejak penggabungan tiga kalurahan adalah sebagai berikut :

  1. Noto Wardoyo menjabat tahun 1948 - 1965
  2. Karso Suwito  menjabat tahun 1965 - 1986
  3. Brotorijanto  menjabat tahun 1986 - 2014
  4. Sutrisno sebagai Penjabat Kepala Desa dari tahun 2014 - 2015
  5. Suharyana sebagai Penjabat Kepala Desa dari tahun 2015 - 2016
  6. Supardi menjabat tahun 2016 - 2021
  7. Hendro Pratopo menjabat tahun 2021 - sekarang

 

PROFIL UMUM KALURAHAN TEPUS

Profil Kalurahan Tepus dapat silahkan download di link berikut.

Dokumen Lampiran : Unduh di sini


Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Kontak Layanan

WhatsApp : 082 325 378 233