Ketika Warga Kalurahan Tepus Ikut Terlanda "Demam Puthul"

maz_yon 07 Oktober 2025 07:23:01 WIB

Tepus (desatepus.gunungkidulkab.go.id) - Jika mendengar kata hama dalam bidang pertanian, satu hewan yang otomatis langsung diingat oleh kebanyakan orang biasanya adalah serangga. Jenisnya pun beragam, mulai dari belalang, kumbang, kutu daun, dan masih banyak lagi.

Hama serangga sendiri selama ini sangat dihindari karena sudah pasti menyebabkan kerugian yang cukup berpengaruh bagi para petani. Namun menariknya, serangga hama dengan jenis yang sama bagi masyarakat di sejumlah wilayah tertentu, termasuk di Kalurahan Tepus nyatanya banyak dijadikan sebagai santapan.

Beberapa makanan ‘unik’ dari serangga yang sudah tak asing lagi misalnya rempeyek laron, botok tawon, dan sejenisnya. Selain itu, ada satu lagi jenis makanan dari serangga hama yang cukup disukai di tengah masyarakat Gunungkidul, yakni puthul.

Memiliki nama ilmiah Phyllophaga hellery, puthul adalah satu satu jenis hama yang biasanya menyerang padi saat masih dalam bentuk perakaran. Namun selain padi, hama satu ini juga kerap dijumpai hinggap di tanaman lain seperti pohon pisang dan sejenisnya

Dalam beberapa hari ini warga Kalurahan Tepus ramai berburu puthul. Begitu memasuki waktu malam, banyak dijumpai warga berburu puthul untuk dijadikan salah satu "camilan" atau lauk yang bagi sebagian orang mungkin terbilang ekstreem. Cara penangkapannya pun terbilang mudah dan hanya membutuhkan alat-alat sederhana seperti lampu senter dan botol plastik sebagai wadah penampung. Banyak sedikitnya hasil tangkapan bergantung pada cuaca, di mana disebutkan jika semakin deras dan sering hujan makan puthul akan semakin banyak keluar.

Masuk dalam kategori serangga yang memiliki siklus hidup sempurna, fase paling merugikan dari keberadaan hewan satu ini adalah saat berada di fase larva yang mulai aktif menyerang padi.

Adapun gejala serangan yang ditimbulkan oleh puthul saat berada di masa tersebut adalah tanaman padi menjadi layu, dan mudah dicabut karena sebagian atau seluruh akarnya sudah habis dijadikan sumber makanan mereka.

Yang perlu diketahui puthul yang biasa dikonsumsi bukanlah puthul saat masih ada di masa larva seperti di atas, melainkan puthul yang sudah berubah setelah melalui masa kepompong dan biasanya dijumpai pada masa awal musim penghujan.

Pada saat menyambut musim hujan itu lah, puthul akan kembali melalui musim kawin dan menebarkan telur di tanah yang selanjutnya akan menjadikan berbagai tanaman termasuk padi sebagai inang.

Karena itu, petani atau masyarakat Gunungkidul biasanya memutus rantai siklus hidup puthul agar tidak berkembang semakin banyak, salah satunya dengan diburu dan dikonsumsi.

Cara mengolah serangga tersebut untuk dikonsumsi juga tidak terlalu rumit. Umumnya Puthul dikonsumsi dengan cara digoreng biasa. Pertama puthul dibersihkan menggunakan air, tak lupa bagian sayap yang cukup keras harus dilepaskan terlebih dahulu dari tubuhnya. Serangga tersebut kemudian direbus dengan bumbu bacem. Setelahnya puthul ditiriskan lalu digoreng hingga kering hingga memiliki cita rasa gurih.

"Rasanya gurih seperti belalang kecil, selain untuk camilan juga untuk lauk makan nasi anget," ujar seorang warga.

Ada juga warga lain yang mengungkapkan jika puthul sebenarnya memiliki cita rasa yang lebih nikmat dan gurih dibandingkan belalang. Hanya saja dalam mengolahnya, puthul harus dibersihkan dan saat digoreng harus dalam waktu yang agak lama namun dengan api yang tidak besar, agar dagingnya tidak alot.

Jadi, bagi anda warga dari luar Gunungkidul, tertarik untuk mencoba wisata kuliner yang satu ini ??

Simak juga keseruan warga berburu Puthul dalam video amatir berikut :

 

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung