Tradisi Bedah Bumi Ritual Gali Kubur Di Kalurahan Tepus
Rismel 22 Agustus 2023 08:25:59 WIB
TEPUS - Kehidupan di alam fana dimulai sejak kelahiran, dan diakhiri dengan kematian. Dalam tradisi Jawa, kematian merupakan awal dari suatu kehidupan baru, yaitu kehidupan di alam baka. Kematian merupakan suatu kejadian yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan. “Wong wani urip kudu wani mati” , atau orang (yang) berani hidup, (juga) harus berani mati.
Orang yang sudah meninggal, tetap ‘hidup’ dalam fikiran orang Jawa, khususnya dalam fikiran anak cucu, dan kerabatnya.
Dalam Tradisi Jawa, ada beberapa upacara sejak kematian sampai 1000 hari setelah kematian, semuanya bermaksud mengembalikan Si Mati pada Kang Murbeng Dumadi (Sang Maha Pencipta). Tradisi Jawa juga menerima tradisi agama dalam upacara kematian.
1. Disirami
Jenazah disirami atau dimandikan dengan air. Selain membersihkan seluruh tubuh, rambut juga dibersihkan (keramas). Jika yang wafat laki-laki, yang memandikan juga laki-laki, sebaliknya jika yang meninggal wanita, yang memandikan juga wanita.
2. Pemakaian penutup tubuh
Setelah disirami, diberi penutup tubuh atau pakaian, dalam Islam menggunakan kain kafan.
3. Doa
Setelah diberi penutup tubuh, jika yang wafat beragama Islam, di-shalati (shalat jenazah). Setelah itu, dimasukkan peti jenazah dan atau bandosa (tandu untuk jenazah).
4. Brobosan
Dalam upacara brobosan , peti jenazah atau bandosa , dipikul, lalu isteri atau suami, anak, menantu, cucu, dan sebagainya melewati bagian bawahnya. Dilihat dari atas, mbrobos searah dengan jarum jam, dilakukan tiga kali. Maksud acara ini adalah untuk memberi penghormatan terakhir.
5. Bedah bumi
Bedah bumi adalah ritual saat hendak dimulainya penggalian makam. Sebelum menggali makam salah seorang Juru Kunci Kubur (orang yang dipercaya dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan alam kubur dan lelembut) membaca doa awalan penggalian, sebagai wujud kula nuwun (permisi) kepada bumi pemakaman. Serta bertujuan agar selama penggalian makam tidak ada halangan dan gangguan. Juru Kunci kemudian memulai menggali dan baru saja bisa dilanjutkan oleh warga penggali lainnya.
Juru Kunci sendiri tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, di Kalurahan Tepus biasanya setiap satu makam memiliki satu Juru Kunci.
Dalam potret yang tergambar, menampilkan kondisi pemakaman yang dilakukan oleh warga Padukuhan Singkil dan Ngasem di Pemakaman Ringin-Ringin Padukuhan Ngasem tepatnya.
Pada Selasa, 22 Agustus 2023 atas berita lelayu meninggalnya Mbah Somo Niti yang beralamat di Padukuhan Ngasem RT 05.
Beliau Juru Kunci adalah Wono Semito / Sagiman. Setelah jenazah dimakamkan, Mbah Wono Semito sebagai Juru Kunci juga wajib mengawali mengembalikan tanah ke liang kubur.
Dipercaya sebagai adat dan budaya, disitulah ritual bedah bumi dilestarikan di Kalurahan Tepus.
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- Program Ketahanan Pangan dari TNI/Polri di Kalurahan Tepus
- Penghargaan Dukungan Partisipasi Cakupan PIN Polio Tertinggi - Jambore Kader Posyandu 2024
- Monev Pelaksanaan APBKal Tahun 2024 Kalurahan Tepus Oleh Tim Kapanewon Tepus
- Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengabdian Kapada Masyarakat Hari Kedua
- DPTR DIY dan DPTR Gunungkidul Laksanakan Koordinasi Bersama Pemkal Tepus
- Ketua PKK Kalurahan Tepus Ikuti Rakor Rutin PKK Kapanewon Tepus
- Keseruan Sesi Diskusi Dalam Kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat