Warisan Nenek Moyang: Tradisi Ndudug Sumur Tengah Tlogo di Padukuhan Tegalweru
Rismel 01 Desember 2023 08:36:28 WIB
Tepus (desatepus.gunungkidulkab.go.id) - Setiap tahun, masyarakat empat Padukuhan, Tegalweru, Trosari I, Trosari II, dan Gembuk Kalurahan Tepus Kapanewon Tepus Gunungkidul mengadakan sebuah tradisi adat Jawa yang telah menjadi warisan nenek moyang, yaitu tradisi ndudug sumur tengah tlogo. Dalam bahasa Jawa, "ndudug" berarti membuat lubang di tengah-tengah area telaga, sumur sebagai lubang sumber air, sedangkan "tlogo" berarti telaga. Kebetulan sumur tersebut terletak di tengah-tengah telaga. Pada musim kemarau, telaga ini biasanya menjadi kering, meninggalkan area tengahnya terlihat lapang dan tandus dan lubang sumur pun tertutup dengan tanah. Tradisi ndudug sumur tlogo ini dilaksanakan pada saat memasuki musim penghujan, ditahun ini dilaksanakan pada tanggal 01 Desember 2023.
Masyarakat setempat percaya bahwa tradisi ndudug sumur tlogo memiliki makna dan simbol sebagai harapan akan datangnya musim penghujan yang lancar dan tepat waktu. Masyarakat berharap agar kebutuhan akan air untuk bercocok tanam tercukupi, dan dengan demikian, para petani diharapkan dapat menghasilkan panen yang berlimpah.
Rangkaian kegiatan pada tradisi ini dimulai dari warga setempat yang berkumpul di sekitar telaga yang kering dan mulai bekerja sama untuk membuat lubang di tengahnya. Diawali oleh seorang juru kunci kemudian memanjatkan doa sembari dipimpin oleh seorang yang dipercaya menjadi pemimpin doa, masyarakat sering menyebutnya Simbah Juru Kunci Tlogo Sumur. Mereka memegang teguh keyakinan bahwa dengan melakukan tradisi ini, dapat mengundang datangnya hujan yang melimpah, menyuburkan tanah, dan memastikan keberhasilan panen di musim yang akan datang.
Lebih dari sekadar tradisi, ndudug sumur tlogo juga mencerminkan rasa kebersamaan dan solidaritas dalam masyarakat 4 Padukuhan di Kalurahan Tepus ini. Setiap warga, tua maupun muda, turut berpartisipasi dalam upacara ini, menunjukkan betapa pentingnya tradisi ini bagi keseluruhan komunitas.
Saat upacara selesai, telaga yang sebelumnya kering dan tandus itu menjadi lambang harapan bagi masyarakat. Mereka percaya bahwa dengan menjaga tradisi warisan nenek moyang ini, mereka dapat memastikan kelangsungan hidup komunitas mereka dan keberlanjutan pertanian di daerah tersebut.
Tradisi ndudug sumur tlogo bukan hanya sekadar ritual kosong, tetapi merupakan warisan budaya yang kaya akan makna dan simbolisme. Bagi masyarakat empat Padukuhan, tradisi ini mengingatkan mereka akan ketergantungan mereka pada alam dan kebutuhan akan kesuburan tanah untuk mencapai kesejahteraan.
Dengan semangat dan kepercayaan yang kuat, masyarakat Padukuhan Tegalweru dan sekitarnya tetap menjaga tradisi ndudug sumur tlogo dan memahaminya sebagai bagian integral dari identitas dan kehidupan mereka. Sementara dunia terus berubah, warisan nenek moyang ini tetap menjadi pijakan yang kokoh bagi mereka.
Dengan perayaan tahunan yang penuh keceriaan dan kegembiraan, tradisi ndudug sumur tlogo memberikan pengingat bahwa kita semua adalah bagian dari siklus alam yang harus dihormati dan dirayakan. Budaya ini tidak hanya memberikan harapan akan hasil panen yang melimpah, tetapi juga mengikat masyarakat erat satu sama lain melalui pengalaman kolektif yang mendalam dan kebersamaan yang sungguh-sungguh.
Dengan mempertahankan tradisi ndudug sumur tlogo, masyarakat Padukuhan Tegalweru dan sekitarnya memastikan bahwa warisan nenek moyang mereka tetap hidup dan terus berlanjut dari generasi ke generasi. Ini bukan hanya tradisi, tetapi sebuah cerminan dari nilai-nilai yang mereka pertahankan dengan penuh kebanggaan dan pengabdian.
Dengan demikian, tradisi ndudug sumur tlogo di Padukuhan Tegalweru adalah contoh yang luar biasa tentang bagaimana warisan nenek moyang dapat terus menjadi bagian hidup dan keberlangsungan suatu komunitas, serta bagaimana rasa kebersamaan dan kepercayaan dapat mempersatukan sebuah masyarakat dalam menghadapi tantangan alam.
Penjelasan tentang tradisi ini disampaikan secara langsung oleh tokoh pemimpin masyarakat dan tokoh pemuda Padukuhan Tegalweru dalam ceritanya. Sehingga menarik untuk dipahami oleh masyarakat luas dan menjadi kekayaan tradisi yang khas sulit ditemukan dilain tempat.
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- SLB Puspa Melati Mengikuti Festival Budaya Pendidikan Khusus Tahun 2024
- Program Ketahanan Pangan dari TNI/Polri di Kalurahan Tepus
- Penghargaan Dukungan Partisipasi Cakupan PIN Polio Tertinggi - Jambore Kader Posyandu 2024
- Monev Pelaksanaan APBKal Tahun 2024 Kalurahan Tepus Oleh Tim Kapanewon Tepus
- Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengabdian Kapada Masyarakat Hari Kedua
- DPTR DIY dan DPTR Gunungkidul Laksanakan Koordinasi Bersama Pemkal Tepus
- Ketua PKK Kalurahan Tepus Ikuti Rakor Rutin PKK Kapanewon Tepus