Tradisi Sajen / Sesajen - Apa Makna dan Isi Makanan Dalam Sesajen

Rismel 24 Mei 2024 14:40:30 WIB

Tepus (desatepus.gunungkidulkab.go.id) - 24/05/2024 - Sebagian masyarakat di Kalurahan Tepus, menganggap tradisi sesajen (sajen) menjadi simbol kearifan lokal yang menggabungkan ajaran Islam dengan budaya pra-Islam secara harmonis. Sesajen merupakan persembahan rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur, yang juga diartikan sebagai sarana untuk memberikan doa dalam bentuk makanan kepada yang telah meninggal agar mendapatkan pengampunan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.

Setiap sajian yang disiapkan memiliki makna dan simbol tersendiri. Makanan, minuman, dan berbagai benda lainnya yang dihidangkan tidak sekadar sebagai bahan konsumsi, tetapi lebih sebagai medium spiritual untuk menyampaikan pesan harapan dan pengampunan kepada roh leluhur. 

Melalui tradisi sesajen, masyarakat Kalurahan menerjemahkan kepercayaan turun temurun secara harmonis dalam kehidupan sehari-hari. Sesajen menjadi cara untuk mengungkapkan rasa syukur, meminta perlindungan, dan menyampaikan doa-doa keselamatan untuk kehidupan di dunia dan akhirat.

Proses pencampuran budaya pra-Islam dan Islam dalam tradisi sesajen mencerminkan kearifan lokal yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan kebersamaan. Hal ini juga menunjukkan betapa kuatnya identitas budaya masyarakat Kalurahan yang tetap memelihara tradisi leluhur sambil merangkul ajaran agama Islam.

Sesajen disiapkan dan disajikan dalam berbagai acara sakral, mulai dari acara rasulan, peringatan hari meninggal seseorang, hari raya, hingga acara-acara tertentu yang diyakini memiliki makna spiritual dan keberkahan bagi masyarakat. Setiap sajian yang dipersiapkan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan hati sebagai bentuk pengabdian kepada leluhur dan Tuhan.

Dalam setiap sesajen yang disajikan, terdapat cerita dan nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi sesajen menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Kalurahan, mengikat mereka dalam hubungan spiritual yang erat dengan leluhur dan alam semesta.

Dengan kearifan lokal yang tercermin dalam tradisi sesajen, masyarakat Kalurahan tidak hanya merayakan warisan budaya leluhur, tetapi juga menjaga kebersamaan dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari. Sesajen bukan sekadar persembahan, melainkan simbol kebersamaan dan kesatuan dalam beragam nilai kehidupan masyarakat Kalurahan.

Sajen (melakukan sajian) ini tergolong menjadi dua bagian, yaitu sajen yang dilaksanakan mandiri di rumah masing-masing, ataupun sajen yang sifatnya dalam perkumpulan (dalam genduri). Sajen di rumah masing-masing ini biasanya ditempatkan di ruang tertutup, atau bisa di kamar tidur.

Pemilik rumah menyiapkan segala uborampe dengan bungkusan daun pisang secara terpisah yang biasanya terdiri dari beberapa nasi tumpeng, tahu bacem, tempe bacem, ceker, kepala ayam, sayap ayam, bakmi, sayur lombok, jenang abang (sesendok nasi kemudian ditumpangi gula jawa), jenang ireng (sesendok nasi kemudian ditumpangi abu arang), wedang legi, wedang pahit, senthir (penerang tradisional, bisa juga diganti dengan lilin), air kendi, udud (peralatan merokok dari tembakau), sisir, dan sebagainya.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Kontak Layanan

WhatsApp : 082 325 378 233