Nyadran Mbah Panjer, Tradisi Budaya Bekas Kelurahan Dloko

mz 21 Juli 2020 05:54:18 WIB

Masyarakat melaksanakan “genduren” di lokasi makam Mbah Panjer dalam tradisi nyadran

Tepus (SIDA SAMEKTA) – Kelurahan Dloko dahulu adalah empat padukuhan yang sekarang disebut Walangan, Kanigoro, Dongsari dan Pacungan.  Mempunyai tradisi nyadran pada pasaran Senin Pahing.

Pada hari Senin (20/07/2020) atau pasaran jawa Senin Pahing nampak sebagian masyarakat di wilayah Dloko melaksanakan acara tradisi nyadran di pasarean seorang tokoh adat setempat yang konon disebut Mbah Panjer.  Letak pasarean ini masih berada di wilayah Padukuhan Kanigoro.  Kegiatan ini masih dilestarikan oleh masyarakat setempat hingga saat ini, bahkan menurut Budi Untoro (Dukuh Kanigoro), sering kali kegiatan nyadran ini juga diikuti oleh orang yang berasal dari luar wilayah Dloko.

“Konon kabare sing dho moro mriki, duwe ujar nek penjangkane dikabuli rep nyadran neng Mbah Panjer.  Nek ngoten niku jare okeh kabule gek dho mriki.  Niki saking Gupakan sak engkel nggih dugi (Konon kabarnya yang datang ke sini, mempunyai ucap kalau keinginannya terkabul akan nyadran di Mbah Panjer.  Seperti itu katanya banyak terkabul lalu datang ke sini. Ini dari Gupakan juga satu mobil engkel ada yang datang),  " katanya.

Tradisi nyadran Mbah Panjer hanya sebagian dari banyak tradisi budaya lokal di Kalurahan Tepus yang masih dilestarikan.  Istilah nyadran kadang dikaitkan dengan kata nadzar yang mengandung arti akan melakukan sesuatu bila keinginannya terkabul.  Dari sudut pandang tradisi hal semacam ini tidak perlu menjadikan sebuah perdebatan.  Pemahaman dikembalikan kepada masing-masing individu untuk memahami dalam ranah yang berbeda.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Kontak Layanan

WhatsApp : 082 325 378 233